Artikel Dakwah

BILA ISTRI ANDA EGOIS......,

Isteri egois? Mendengar dua kata tersebut rasanya sudah menyakitkan telinga. Kalau ternyata isteri kita egois?
Entah dari zaman apa, tradisi pacaran ternyata sudah mendarah daging pada sebagian besar kehidupan manusia. Meksipun tidak menjanjikan apa-apa, tetap saja banyak yang percaya setia pada tradisi tersebut. Banyak yang mengatakan bahwa dengan pacaran akan memberikan kesempatan kedua belah pihak untuk saling mengenal dan memahami pasangan lebih mendalam. Kenyataannya, banyak pasangan pengantin yang sebelumnya telah menikmati masa pacaran dalam jangka waktu tahunan, namun ketika menikah masih menemukan banyak perbedaan dan perselisihan.


Bahkan, banyak pula orang-orang yang dikejutkan oleh pasangannya setelah menjalani rumah tangga. Seperti bom waktu yang tiba-tiba meledak dan memporak-porandakan segala tatanan dan keindahan. Hal ini seolah menjelaskan bahwa betapa pacaran itu penuh dengan topeng kepalsuan. Ketika pacaran hanya sifat-sifat baiknyalah yang ditampilkan, sedangkan sifat buruknya disembunyikan. Ketika menikah, sifat-sifat buruk itupun perlahan bermunculan dengan sendirinya.
Memang, banyak sekali kejutan-kejutan yang menyelingi kehidupan rumah tangga. Isteri kita yang pada awalnya (sebelum menikah) kita kenal sebagai seorang wanita yang lembut, penyayang, dan penurut, namun setelah menikah berubah 180 derajat. Wanita yang senantiasa kita idam-idamkan karena kerendahan hati, rasa solidaritas, dan kelapangan dadanya,tiba-tiba berubah menjadi wanita yang sangat egois ketika menempuh bahterah rumah tangga.
Isteri yang lembut, penurut, penyayang, menghormati dan menghargai suami bagaimanapun keadaaannya, taat beribadah, inilah isteri yang mungkin paling banyak diharapkan oleh para lelaki dan suami. Dalam agama Islam dikenal istilah isteri sholehah, yaitu isteri yang senantiasa menghormati dan mematuhi perintah suami, taat beribadah dan tidak suka berbuat ulah. Gambaran sifat-sifat isteri tersebut tentu saja menjadi impian dan harapan bagi setiap lelaki dan suami. Terlebih lagi jika ditambah dengan tubuhnya yang semampai, wajahnya yang cantik, kulitnya yang putih, halus dan lembut, berpendidikan dan berwawasan luas, keturunan orang kaya… lelaki mana yang tidak mau memiliki isteri dari golongan yang satu ini.

Sayangnya, tidak semua harapan dan impian kita itu dapat terwujud dengan sempurna. Bahkan, banyak yang gagal sepenuhnya. Keingingan untuk memiliki isteri yang lembut, penyayang, menghormati suami, dan taat beribadah sering kali hanya sebatas impian semata.
Wanita yang selama ini kita kenal penyayang, lembut, penurut, taat beribadah, rendah hati, dan memiliki rasa hormat yang tinggi, tiba-tiba berubah menjadi seorang isteri yang egois, mau menang sendiri, tidak peduli akan perasaan suami, suka mencemooh dan merendahkan suami karena penghasilannya yang pas-pasan atau karena hal lain.
Memiliki isteri yang egois memang merupakan salah satu cobaan yang berat bagi seorang suami. Harus tahan banting mendengar celoteh-celoteh pedasnya, harus memiliki kesabaran yang tinggi untuk menghadapi sikapnya yang keras kepala dan mau menang sendiri.

Memiliki isteri yang egois, mungkin memang sangat menyebalkan dan menyesakkan dada. Namun apapaun yang terjadi, dialah yang telah menjadi pilihan kita. Kita yang telah memilih dirinya, maka kita pula yang harus menerimanya. Isteri kita yang egois, itulah isteri kita, wanita yang dahulu kita puja dan kita impi-impikan. 

Maka ketika kita mendapatkan keburukannya, janganlah membenci atau meninggalkannya. Jangan pula menghadapinya dengan kekerasan dan keegoisan yang sama. Jangan mempertemukan api dengan api, karena tentu saja yang terjadi adalah api tersebut akan berkumpul dan membesar, melahap segala yang ada disekitarnya.
Anda tidak perlu kecewa dan putus asa jika memang isteri anda memiliki sifat egois. Carilah solusi dengan kepala dingin, karena segala permasalahan pasti ada solusinya. Berikut ini kami tuliskan beberapa langkah sederhana untuk menghadapi seorang isteri yang memiliki sifat egois:

a. Komunikasi
Komunikasi adalah salah satu bentuk solusi dasar atau awal bagi sebagian besar permasalahan. Untuk itu, teruslah menciptakan dan mempertahankan kebiasaan berkomunikasi yang baik diantara suami isteri. Dengan adanya komunikasi yang baik antara suami dan isteri, kesalahpahaman antara keduanya pun akan berkurang, dan potensi timbulnya permasalahan di dalam keluarga pun dapat terminimalisir.

b. Nasehat
Jangan pernah bosan untuk memberikan nasehat kepada sang isteri untuk membiasakan diri dengan perkataan-perkataan yang baik. Sampaikan kepada sang isteri agar senantiasa berusaha untuk menyampaikan segala bentuk kritik, saran, maupun uneg-uneg kepada suami dengan bahasa dan sikap yang baik. Hal ini bertujuan untuk meminilasir tersinggung dan emosinya suami manakala mendapatkan kritik, saran, dan atau uneg-uneg tersebut.
c. Katakan dengan indah
Jika anda mendapatkan sesuatu yang tidak jelas maksud dan tujuannya dari isteri anda, hendaknya anda meminta penjelasan kepadanya dengan cara yang santun, dengan kata-kata yang sopan, dengan nada dan sikap yang penuh dengan kelembutan.

d. Waktu yang tepat
Lakukan langkah-langkah di atas pada waktu yang tepat. Tidak semua nasehat harus atau dapat disampaikan pada saat terjadinya suatu masalah. Dan tidak semua masalah dapat selesai pada saat itu juga. Jika memang isteri kita terlihat sedang sangat sensitif, jangan langsung mencekokinya dengan nasehat-nasehat (terlebih lagi dengan kritikan), hendaknya anda berikan waktu baginya untuk menenangkan diri terlebih dahulu.
Pada malamnya atau keesokan harinya, barulah anda menyampaikan nasehatnasehat tersebut dengan bijak setelah emosi sang isteri ternetralisir atau terminimalisir.

e. Kontinyu
Semua langkah-langkah di atas adalah rangkaian proses. Dan setiap proses tentunya membutuhkan waktu. Untuk itu, hendaknya kesabaran senantiasa menjadi landasan kuat dalam menjalankan langkah-langkah di atas. Lakukan semuanya dengan penuh keikhlasan, kesabaran, dan berkelanjutan.
Memiliki isteri sholehah, tentunya menjadi dambaan dan harapan setiap lelaki. Namun jika realita mengatakan bahwa isteri anda adalah wanita yang memiliki sifat egois, jangan lukai dia, jangan kecewakan dia, jangan membenci dia, jangan campakkan dia, dan jangan khianati dia. Tetap cintai dan sayangi dia, sebagaimana dahulu anda sangat memuja dan menyayanginya.
Jangan biarkan ujian yang berupa sifat egois tersebut meretakkan atau menghancurkan kehidupan rumah tangga anda.



RUMAH TANGGA RASULULLAH SAW

Rumah-rumah isteri nabi SAW
Ketika rombongan keluarga Nabi SAW dan Abu Bakar Ash-Shiddiq ra. sampai di Madinah, ketika itu Rasulullah SAW sedang membangun masjid dan ruangan-ruangan di sekeliling masjid itu. Lalu Nabi SAW menempatkan mereka di sebuah rumah milik Haritsah bin Nu'man ra. Rasulullah SAW menyempurnakan pernikahannya dengan 'Aisyah di ruangan itu. Dan Rasulullah SAW pun dikuburkan di tempat yang sama. Haritsah bin Nu'man memiliki beberapa rumah di sekitar masjid Nabawi. Apabila Rasulullah SAW menikahi seseorang, maka Haritsah akan pindah dari rumahnya demi beliau, sehingga akhirnya semua rumahnya digunakan untuk Rasulullah SAW dan istri-istri beliau. Nabi SAW membuat pintu masuk ke masjid meialui pintu kamar 'Aisyah. Sehingga diriwayatkan bahwa ketika beliau sedang beri'tikaf, beliau nienjengukkan kepalanya dari masjid lewat pintu 'Aisyah. lalu 'Aisyah mencuci kepala beliau sementara dia sedang haid.


Setelah perombakan demi perombakan, akhirnya rumah para istri Nabi SAW harus digusur pada masa Walid bin Abdul Malik. Abdullah bin Yazid berkata tentang kejadian penggusuran itu, "Aku melihat rumah-rumah istri Rasulullah SAW ketika dihancurkan oleh Umar bin Abdul Aziz pada masa kekhalifahan Walid bin Abdul Malik. Rumah-rumah itu disatukan dengan masjid. Rumah-rumah itu terbuat dari bata kering, dan ruangan-ruangannya dibuat dari batang pohon kurma yang disatukan dengan lumpur. Ada sembilan rumah dengan kamar-kamarnya. Rumah itu dimulai dari rumah 'Aisyah dengan pintu yang berhadapan dengan pintu kamar Rasulullah SAW, sampai rumah Asma' binti Hasan. Aku melihat rumah Ummu Salamah dan ruangan-ruangannya terbuat dari bata. Cucu laki-lakinya berkata, "Ketika Rasulullah SAW menyerang Dumatut jandal, Ummu Salamah membangun ruangan dengan bata. Ketika Rasulullah SAW datang dan melihat bata itu, beliau masuk menemui Ummu Salamah rha. dan bertanya, bangunan apa ini?' Dia menjawab, 'Ya Rasulullah SAW, aku ingin menghalangi pandangan orang'. Beliau SAW berkata, 'Wahai Ummu Salamah, hal terburuk bagi seorang Muslim dalam membelanjakan uangnya adalah untuk bangunan.'


Di antara makam dan mimbar, terdapat kamar-kamar istri Rasulullah SAW yang terbuat dari batang pohon kurma dengan pintu-pintunya yang ditutupi dengan kain wol hitam. Dan pada hari surat Walid bin Abdul Malik dibacakan, yang memerintahkan agar kamar, kamar istri-istri Rasulullah SAW tersebut disatukan dengan masjid Nabi, banyak orang yang menangis kehilangan. Sa'id bin Musayab rah.a. juga bercerita tentang hari itu, 'Demi Allah, aku berharap bahwa kamar-kamar itu dibiarkan sebagaimana adanya, sehingga orang-orang Madinah dan para pengunjung dari jauh bisa melihat seolah-olah Rasulullah SAW masih hidup. Hal itu termasuk bagian dari hal-hal yang akan memberi semangat kepada umat untuk menahan diri dari mencari dan menyibukkan diri atas sesuatu yang tidak berguna di dunia ini'.


lmran bin Abi Anas berkata, 'Di antara rumah-rumah itu ada empat buah rumah yang terbuat dari bata dengan kamar-kamar dari pohon kurma. Ada lima rumah dari batang pohon kurma dilapisi lumpur tanpa bata. Aku mengukur gordennya dan mendapati ukurannya tiga kali satu cubit, dan areanya itu sedemikian, lebih atau kurang. Sedangkan mengenai tangisan, aku bisa mengingat kembali diriku pada sebuah perkumpulan yang dihadiri sebagian sahabat Rasulullah SAW, termasuk Abu Salamah bin Abdurrahman, Abu Umamah bin Sahal, dan Kharijah bin Zaid. Mereka menangis sampai janggut mereka basah oleh air mata. Tentang hari itu Abu Umamah berkata, 'Seandainya mereka membiarkan dan tidak menghancurkannya sehingga orang-orang bisa menahan diri dari membangun bangunan dan mencukupkan dengan apa yang Allah ridhai pada Rasul-Nya walaupun kunci harta dunia di tangan beliau.'


Hijab isteri-isteri nabi SAW
Anas bin Malik ra. berkata, 'Pertama kali ayat tentang hijab diturunkan adalah ketika Rasulullah SAW menikahi Zainab binti jahsy. Pada pagi hari Rasulullah SAW menikahi Zainab beliau mengundang orang-orang lalu mereka makan dan kemudian pergi. Sekelompok orang masih tinggal bersama Nabi. Mereka tetap di sana untuk waktu yang lama. Rasulullah SAW bangkit dan aku pergi bersamanya hingga kami sampai di pintu ruangan 'Aisyah. Ketika beliau duga orang-orang itu mereka telah pergi, beliau kembali dan aku kembali bersamanya dan mereka ternyata sudah pergi. Maka beliau memasang tabir antara aku dan beliau lalu turunlah ayat tentang hijab,

"Hai orang-orang yang beriman! janganlah kamu memasuki rumah Nabi kecuali kamu diizinkan makan dengan tidak menunggu-nunggu waktu masak (makanannya), tetapi jika kamu diundang, maka masuklah dan jika kamu selesai makan keluarlah kamu tanpa asyik memperpanjang percakapan. sesungguhnya yang demikian itu akan mengganggu Nabi, lalu Nabi malu kepadamu (untuk menyuruhmu keluar). (QS. 33:53)

Dan aku berumur 1 5 tahun pada waktu itu
Menurut ibnu Abbas, Ayat tentang hijab istri-istri Rasulullah SAW diturunkan ketika Umar ra. sedang makan bersama Nabi SAW. lalu tangannya menyentuh tangan salah seorang istri Nabi SAW, maka ayat tentang hijab diturunkan. Orang-orang bertanya kepada Zuhri, "Siapakah yang biasa mengunjungi para istri Nabi?" Dia menjawab, "Setiap orang yang mempunyai hubungan keturunan atau sesusuan yang menghalangi pernikahan". Ditanyakan, "Bagaimana dengan orang-orang lain?" Dia menjawab, "Mereka harus menyelubungi diri dari mereka. Mereka harus berbicara dari balik tabir. Dan tabirnya hanya selapis". Pernah juga Ummu Salamah dan Maimunah sedang bersama Nabi SAW, tiba-tiba lbnu Ummi Maktum masuk. Peristiwa itu terjadi setelah hijab diturunkan. Nabi SAW berkata kepada istri-istrinya, "Selubungilah diri kalian darinya." lstrinya bertanya, "Ya Rasulullah SAW, bukankah dia buta?" Beliau SAW menjawab, "Apakah kalian juga buta? Tidakkah kalian melihatnya?"

Pembagian giliran isteri-isteri nabi SAW
Apabila Rasulullah SAW meminang seorang wanita, maka beliau bersabda, "Ceritakaniah kepada mereka tentang mangkuk Sa'ad bin Ubadah". Ini adalah ungkapan permisalan dalam penggiliran Nabi SAW kepada istri-istrinya. Diriwayatkan tentang mangkuk Sa'ad bin Ubadah, kadang-kadang isinya daging, kadang-kadang mentega cair dan kadang-kadang susu, yang dikirimkan untuk Nabi SAW. Setiap beliau berkeliling, mangkuk itu akan,ikut menemaninya.

Hal itu sebenarnya ditujukan kepada jadwal Rasulullah SAW yang senantiasa berkeliling kepada istri-istrinya setiap malam. Tetangga Rasulullah SAW, yaitu; Sa'ad bin Ubadah, Sa'ad bin Muadz, Amarah bin Hazam, Abu Ayyub dan yang lainnya senantiasa mengirim sedikit makanan ala kadarnya kepada Nabi SAW. Dan salah satu yang paling sering adalah kiriman dari Sa'ad bin Ubadah dengan mangkuk miliknya. ,Setiap malam mangkuk itu bersama Nabi SAW. jika Nabi SAW berkunjung ke rumah-rumah istrinya, beliau akan membawa mangkuk itu beserta isinya untuk dinikmati bersama dengan keluarganya.

Tuduhan kaum Yahudi terhadap nabi SAW
Umar, maula Ghufra berkata, "Ketika orang-orang Yahudi melihat Rasulullah SAW banyak menikahi wanita, maka mereka berkata, 'Lihatlah orang itu (Rasulullah SAW), yang tidak terpuaskan oleh makanan. Dan demi Allah, dia hanya tertarik kepada wanita!' Mereka benci Nabi SAW karena jumiah istrinya yang banyak dan mereka mencela beliau atas hal itu, dengan mengatakan, 'Jika dia memang Nabi, dia tidak akan mempunyai keinginan terhadap wanita.'
Di antara mereka, yang paling hebat mencela Nabi SAW adalah Huyay bin Akhtab.
Allah membuktikan kedustaan mereka, dan memberitahukan kepada mereka tentang karunia Allah kepada RasulNya. Dan kedudukannya yang tinggi di sisi Allah ta'ala. Allah berfirman,
'Ataukah mereka dengki kepada manusia karena karunia yang telah Allah berikin kepada manusia itu?'(QS 4: 54)

Siapa yang mengamati kehidupan Rasulullah SAW, tentu dapat mengetahui dengan pasti, bahwa perkawinan beliau dengan sekian banyak wanita ini, justru pada masa-masa akhir hidup beliau, setelah melewati 30 tahun bertahan bersama wanita yang lebih tua, yaitu Khadijah, tentu berkesimpulan bahwa perkawinan beliau ini tidak sekedar didorong gejolak kepuasan, tetapi ada berbagai tujuan yang hendak diraih dengan perkawinan tersebut. Tujuan yang dapat diketahui, dari menikahi Aisyah dan Hafshah, putri sahabat kental Rasulullah SAW, Abu Bakar dan Umar ra., dan mengapa beliau menikahkan putri beliau, Fathimah dengan Ali bin Abu Thalib, menikahkan Ruqayyah dan disusul Ummu Kultsum dengan Utsman bin Affan, mengisyaratkan bahwa beliau ingin menjalin hubungan yang sangat erat dengan keempat orang tersebut, yang dikenal paling banyak berkorban untuk agama.

Di antara tradisi bangsa Arab ialah menghormati hubungan besan. Menurut anggapan mereka, mencela dan memusuhi besan adalah suatu aib. Maka dengan menikahi beberapa wanita yang menjadi Ummahatul Mukminin, Rasulullah SAW ingin menghilangkan permusuhan dan memadamkan api kemarahan beberapa kabilah terhadap Islam. Setelah Ummu Salamah dari Bani Makhzum, yang sekampung dengan Abu Jahl dan Khalid bin Walid, dinikahi oleh Rasulullah SAW, hal itu membuat sikap Khalid bin Walid tidak seganas sikapnya ketika di Uhud. Bahkan akhirnya ia pun masuk islam. Begitu pula Abu Sufyan yang tidak berani bermusuhan dengan Nabi SAW, setelah Nabi SAW menikahi putrinya, Ummu Habibah. Begitu pula setelah beliau menikahi Juwairiyah dan Shafiyah, maka Bani Musthaliq dan Bani Nadhir, tidak lagi melancarkan permusuhannya. Bahkan Juwairiyah merupakan wanita yang paling banyak mendatangkan barakah bagi kaumnya. Setelah dia dinikahi Rasulullah SAW, para sahabat membebaskan seratus keluarga dari kaumnya.

(Wanita-wanita Sahabiah Peraih Ridha Ilahi, 40)

Tidak ada komentar: