Isteri egois? Mendengar dua kata tersebut rasanya
sudah menyakitkan telinga. Kalau ternyata isteri kita egois?
Entah dari zaman apa, tradisi pacaran ternyata
sudah mendarah daging pada sebagian besar kehidupan manusia. Meksipun tidak
menjanjikan apa-apa, tetap saja banyak yang percaya setia pada tradisi
tersebut. Banyak yang mengatakan bahwa dengan pacaran akan memberikan
kesempatan kedua belah pihak untuk saling mengenal dan memahami pasangan lebih
mendalam. Kenyataannya, banyak pasangan pengantin yang sebelumnya telah
menikmati masa pacaran dalam jangka waktu tahunan, namun ketika menikah masih
menemukan banyak perbedaan dan perselisihan.
Bahkan, banyak pula orang-orang yang dikejutkan oleh pasangannya setelah menjalani rumah tangga. Seperti bom waktu yang tiba-tiba meledak dan memporak-porandakan segala tatanan dan keindahan. Hal ini seolah menjelaskan bahwa betapa pacaran itu penuh dengan topeng kepalsuan. Ketika pacaran hanya sifat-sifat baiknyalah yang ditampilkan, sedangkan sifat buruknya disembunyikan. Ketika menikah, sifat-sifat buruk itupun perlahan bermunculan dengan sendirinya.
Memang,
banyak sekali kejutan-kejutan yang menyelingi kehidupan rumah tangga. Isteri
kita yang pada awalnya (sebelum menikah) kita kenal sebagai seorang wanita yang
lembut, penyayang, dan penurut, namun setelah menikah berubah 180 derajat.
Wanita yang senantiasa kita idam-idamkan karena kerendahan hati, rasa
solidaritas, dan kelapangan dadanya,tiba-tiba berubah menjadi wanita yang
sangat egois ketika menempuh bahtera rumah tangga.
Isteri yang lembut, penurut, penyayang, menghormati dan menghargai suami bagaimanapun keadaaannya, taat beribadah, inilah isteri yang mungkin paling banyak diharapkan oleh para lelaki dan suami. Dalam agama Islam dikenal istilah isteri sholehah, yaitu isteri yang senantiasa menghormati dan mematuhi perintah suami, taat beribadah dan tidak suka berbuat ulah. Gambaran sifat-sifat isteri tersebut tentu saja menjadi impian dan harapan bagi setiap lelaki dan suami. Terlebih lagi jika ditambah dengan tubuhnya yang semampai, wajahnya yang cantik, kulitnya yang putih, halus dan lembut, berpendidikan dan berwawasan luas, keturunan orang kaya… lelaki mana yang tidak mau memiliki isteri dari golongan yang satu ini.
Sayangnya, tidak semua harapan dan impian kita
itu dapat terwujud dengan sempurna. Bahkan, banyak yang gagal sepenuhnya.
Keingingan untuk memiliki isteri yang lembut, penyayang, menghormati suami, dan
taat beribadah sering kali hanya sebatas impian semata.
Wanita yang selama ini kita kenal penyayang,
lembut, penurut, taat beribadah, rendah hati, dan memiliki rasa hormat yang
tinggi, tiba-tiba berubah menjadi seorang isteri yang egois, mau menang
sendiri, tidak peduli akan perasaan suami, suka mencemooh dan merendahkan suami
karena penghasilannya yang pas-pasan atau karena hal lain.
Memiliki isteri yang egois memang merupakan salah
satu cobaan yang berat bagi seorang suami. Harus tahan banting mendengar
celoteh-celoteh pedasnya, harus memiliki kesabaran yang tinggi untuk menghadapi
sikapnya yang keras kepala dan mau menang sendiri.
Memiliki isteri yang egois, mungkin memang sangat
menyebalkan dan menyesakkan dada. Namun apapaun yang terjadi, dialah yang telah
menjadi pilihan kita. Kita yang telah memilih dirinya, maka kita pula yang
harus menerimanya. Isteri kita yang egois, itulah isteri kita, wanita yang
dahulu kita puja dan kita impi-impikan.
Maka ketika kita mendapatkan keburukannya,
janganlah membenci atau meninggalkannya. Jangan pula menghadapinya dengan
kekerasan dan keegoisan yang sama. Jangan mempertemukan api dengan api, karena
tentu saja yang terjadi adalah api tersebut akan berkumpul dan membesar,
melahap segala yang ada disekitarnya.
Anda tidak perlu kecewa dan putus asa jika memang
isteri anda memiliki sifat egois. Carilah solusi dengan kepala dingin, karena
segala permasalahan pasti ada solusinya. Berikut ini kami tuliskan beberapa
langkah sederhana untuk menghadapi seorang isteri yang memiliki sifat egois:
a. Komunikasi
Komunikasi adalah salah satu bentuk solusi dasar
atau awal bagi sebagian besar permasalahan. Untuk itu, teruslah menciptakan dan
mempertahankan kebiasaan berkomunikasi yang baik diantara suami isteri. Dengan
adanya komunikasi yang baik antara suami dan isteri, kesalahpahaman antara
keduanya pun akan berkurang, dan potensi timbulnya permasalahan di dalam
keluarga pun dapat terminimalisir.
b. Nasehat
Jangan pernah bosan untuk memberikan nasehat
kepada sang isteri untuk membiasakan diri dengan perkataan-perkataan yang baik.
Sampaikan kepada sang isteri agar senantiasa berusaha untuk menyampaikan segala
bentuk kritik, saran, maupun uneg-uneg kepada suami dengan bahasa dan sikap
yang baik. Hal ini bertujuan untuk meminilasir tersinggung dan emosinya suami
manakala mendapatkan kritik, saran, dan atau uneg-uneg tersebut.
c. Katakan dengan indah
Jika anda mendapatkan sesuatu yang tidak jelas
maksud dan tujuannya dari isteri anda, hendaknya anda meminta penjelasan
kepadanya dengan cara yang santun, dengan kata-kata yang sopan, dengan nada dan
sikap yang penuh dengan kelembutan.
d. Waktu yang tepat
Lakukan langkah-langkah di atas pada waktu yang
tepat. Tidak semua nasehat harus atau dapat disampaikan pada saat terjadinya
suatu masalah. Dan tidak semua masalah dapat selesai pada saat itu juga. Jika
memang isteri kita terlihat sedang sangat sensitif, jangan langsung
mencekokinya dengan nasehat-nasehat (terlebih lagi dengan kritikan), hendaknya
anda berikan waktu baginya untuk menenangkan diri terlebih dahulu.
Pada
malamnya atau keesokan harinya, barulah anda menyampaikan nasehatnasehat
tersebut dengan bijak setelah emosi sang isteri ternetralisir atau
terminimalisir.
e. Kontinyu
Semua langkah-langkah di atas adalah rangkaian
proses. Dan setiap proses tentunya
membutuhkan waktu. Untuk itu, hendaknya kesabaran senantiasa menjadi landasan kuat dalam
menjalankan langkah-langkah di atas. Lakukan semuanya dengan penuh keikhlasan,
kesabaran, dan berkelanjutan.
Memiliki isteri sholehah, tentunya menjadi
dambaan dan harapan setiap lelaki. Namun jika realita mengatakan bahwa isteri
anda adalah wanita yang memiliki sifat egois, jangan lukai dia, jangan
kecewakan dia, jangan membenci dia, jangan campakkan dia, dan jangan khianati
dia. Tetap cintai dan sayangi dia, sebagaimana dahulu anda sangat memuja dan
menyayanginya.
Jangan biarkan ujian yang berupa sifat egois
tersebut meretakkan atau menghancurkan kehidupan rumah tangga anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar